Pensil
Banyak orang yang beranggapan bahwa pensil hanya bisa
digunakan untuk menulis, melukis, atau mencoret-coret. Namun pada kenyataannya,
pensil bisa dijadikan sebagai panutan dengan beberapa filosofinya. Berikut
filosofi dari pensil:
1. Banyak karya besar yang tidak luput dari peranan
pensil. Namun pensil tidak dapat serta merta menghasilkan karya besar tanpa ada
yang menggerakkan. Sama halnya seperti manusia, banyak karya besar yang
dihasilkan dari buah pemikiran seorang manusia. Namun, seorang manusia tidak
akan mampu menghasilkan sesuatu karya tanpa ada yang menggerakkan. Pertanyaannya,
siapakah yang mampu menggerakkan manusia?
Jawabannyaaaaaaaa (pake
gaya Agung Hercules pas nyanyi lagu "Astuti") : Hanya Allah lah yang mampu
menggerakkan manusia.
2. Terkadang pensil
harus diraut karena tumpul. Kalau saja pensil dapat berteriak, pasti dia akan
berkata "sakit, sakit, sakit". Namun, setelah diraut, pensil akan
kembali tajam dan dapat digunakan dengan baik.
Begitu pula dalam
kehidupan. Kita sebagai manusia, terkadang keimanan kita tumpul. ALLAH meraut
kita dengan Ujian, baik kesulitan maupun kemudahan, agar keimanan kita kembali
tajam.
3. Pensil pasti akan
meninggalkan goresan-goresan, baik goresan yang indah maupun yang buruk.
Manusia juga harus belajar dari pensil. Kita harus berhati-hati dalam
meninggalkan goresan-goresan kehidupan, kita juga harus berhati-hati dalam
bersikap.
4. Keistimewaan pensil
yang lain yaitu ketika kita salah menulis, kita masih bisa menghapusnya dan
menggantinya dengan kata-kata baru yang lebih baik. Dalam kehidupan ini, kita
sebagai manusia pastilah memunyai kesalahan, kekhilafan dan kelalaian baik
terhadap ALLAH maupun kepada manusia. Kita masih bisa menghapus dosa dan
kesalahan kita dengan bertaubat kepada ALLAH dan meminta maaf kepada orang
lain. Dan mengganti kesalahan kita dengan kebaikan.
5. Seperti apapun model
pensilnya, semahal apapun harga pensil tersebut, seindah apapun penampilan dari
pensil tersebut, tetap saja yang terpenting adalah isinya. Seperti itulah
manusia, beraneka ragam warna kulit, bentuk wajah, warna rambut, tinggi badan
dll, yang terpenting adalah hatinya. Di mata Allah, semua manusia adalah
manusia, yang membedakan adalah kadar keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah.
wallahu 'alam bishshowab
:)
sumber: Drs. Fatahillah