Label

Kamis, 28 Februari 2013

Ditolak dan Diterimanya Islam pada Zaman Nabi


Penolakan Islam
            Pada awal mula berdakwah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdakwah secara sembunyi selama tiga tahun, hal ini dilakukan agar penduduk Makkah tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka. Pada awalnya, Rasulullah menampakkan Islam kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau. Orang-orang yang pertama kali masuk Islam disebut As-Sabiqunal-Awwalun (yang terdahulu dan pertama-tama masuk Islam). Mereka Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin Haritsah bin Syurahbil Al-Kalby, Ali bin Abu Thalib dan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
            Pada tahun keempat, Rasulullah menerima wahyu agar berdakwah secara terang-terangan. Firman Allah: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat.” (Asy-Syu’ara’ :214). Semenjak itulah, Rasulullah mulai melakukan dakwah secara terang-terangan di kota Makkah dan di luar kota Makkah.

Senin, 18 Februari 2013

Rendah Hati sebagai Modal dalam Kehidupan



            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rendah hati didefinisikan sebagai suatu sifat tidak sombong atau tidak angkuh. Rendah hati merupakan antonim dari tinggi hati yang berarti sombong atau angkuh. Rendah hati dapat mencermikan sifat seseorang. Kerendahan hati merupakan salah satu indikator dari tingginya kecerdasan spiritual seseorang. Seorang yang tidak bisa menunjukkan sikap atau karakter rendah hati, berarti belum mencapai kedamaian dengan dirinya.
            Menurut William Penn, seorang yang cakap namun rendah hati, seperti perhiasan yang nilainya sama seperti sebuah kerajaan. Dari pendapat William Penn, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa rendah hati merupakan sebuah modal penting saat kita sudah mempunyai kelebihan dibandingkan orang lain. Pribadi yang rendah hati memandang orang lain sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki keunikan dan keistimewaan masing-masing, sehingga dia senantiasa menganggap orang lain sama tanpa memandang bulu. Orang yang memiliki sifat rendah hati selalu berkeinginan untuk membuat orang lain senang dengan sesuatu yang bisa ia lakukan. Jika dia seorang Bapak, ia pasti akan menyayangi keluarganya dengan tulus. Jika dia seorang Ibu, ia pasti akan menyayangi anak-anaknya dan menghormati suaminya dengan tulus. Jika dia seorang pemimpin, ia pasti akan melakukan yang terbaik untuk rakyatnya.
            Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai pejabat negeri ini yang tidak memiliki sifat rendah hati. Banyak sekali pejabat yang hanya mementingkan dirinya dan golongannya saja, mereka menganggap orang “miskin” sebagai sebuah “benda” yang dapat “dipermainkan”. Namun, tidak sedikit juga orang penting negeri ini yang mempunyai sifat rendah hati. Kita dapat mengambil contoh seorang gubernur yang sangat mempunyai sifat rendah hati ini. Dia sering mengunjungi “rakyat kecil”-nya tanpa menghiraukan pendapat orang lain yang tidak suka atas perilakunya. Atas perilakunya ini, sang Gubernur menuai pujian dari masyarakat atas kerendahan hatinya. Peristiwa ini merupakan salah satu bukti bahwa rendah hati merupakan modal penting dalam kehidupan.
            Salah satu ciri kerendahan hati adalah terbuka terhadap siapapun, kalangan besar maupun kalangan kecil. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya mau menerima kritik dan saran dari orang lain. Selain itu, manusia yang mempunyai sifat rendah hati pasti mempunyai jiwa ksatria dengan berani mengakui kesalahan dan meminta maaf. Kerendahan hati harus diajarkan kepada anak-anak dan remaja yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Hal ini dikarenakan sifat ini menjadi sangat penting ketika mereka nantinya akan menjadi orang penting negeri ini.
            Rendah hati berbeda dengan rendah diri dan tertutup terhadap orang lain. Orang yang rendah hati justru semangat menjalani hidup ini karena ia bersyukur atas yang ia miliki ketika melihat kekurangan dan kelebihan orang lain. Berbeda dengan rendah diri, orang yang memliki sifat rendah diri justru akan “minder” ketika melihat orang lain memiliki suatu kelebihan.
            Menurut saya, rendah hati merupakan sebuah modal penting untuk menjalani kehidupan ini. Rendah hati akan mendorong terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri untuk terus belajar, menghargai orang lain, mempunyai sikap tenggang rasa, seta mewujudkan kesederhanaan, penuh rasa syukur dan ikhlas di dalam mengemban hidup ini. Selain itu, orang lain akan lebih menghargai dan menghormati kita jika kita mempunyai sifat rendah hati.
Segala yang kita miliki serta  kita dapatkan hanyalah titipan dari Yang Maha Kuasa.  Kita hanya berhak untuk menjaga serta mensyukuri karunia-Nya. Dengan mempunyai sifat rendah hati, kita dapat mengerti arti kehidupan ini.

Daftar Acuan:
Anonim. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online), edisi 3, versi 1.1, (http://www.kbbi.web.id/ , diakses 16 Februari 2013)
Ipun. 2011. Definisi Rendah Hati. (http://staff.undip.ac.id/psikfk/pradiptaari/definisi-rendah-hati/ , diakses 16 Februari 2013)
Rachma, Nurulita. 2011. Rendah Hati adalah Sebuah Lentera. (http://www.alampur.com/2011/11/27/rendah-hati-adalah-sebuah-lentera/ , diakses 16 Februari 2013)
Takwin, Bagus, dkk. 2011. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintregasi A. Depok. Lembaga Penerbit FEUI

Selasa, 13 November 2012

Kekeliruan dalam Menyambut Awal Tahun Baru Hijriyah


Sebentar lagi kita akan memasuki tanggal 1 Muharram. Seperti kita ketahui bahwa perhitungan awal tahun hijriyah dimulai dari hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu bagaimanakah pandangan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita tidak mengetahuinya. Namun banyak di antara kaum muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Muharram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan berikut.

Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram
Dalam agama ini, bulan Muharram (dikenal oleh orang Jawa dengan bulan Suro), merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Kamis, 08 November 2012

Isi kandungan Surat Ali Imran ayat 190-191


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imran: 190-191)
Pada ayat ke 190 surat Ali Imran, Allah menjelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Tanda-tanda yang dimaksud adalah tanda-tanda kebesaran Allah, tanda-tanda keagungan Allah dsb. Hal-hal yang sangat kecil saja, itu merupakan tanda-tanda kebesaranNya. Misalnya, sebuah sel di dalam tubuh manusia yang sangat kecil mempunyai sebuah sistem tersendiri yang sangat teratur yang tidak mungkin semua itu terjadi begitu saja atau terjadi secara kebetulan. Apalagi sesuatu yang sangat besar dan sangat hebat seperti penciptaan langit dan bumi, dan bergantinya malam dan siang, itu semua tidak mungkin terjadi secara kebetulan, itu semua pasti ada yang mengaturnya dan itu semua merupakan kebesaran Allah. Namun, tidak semua menyadarinya, hanya orang-orang yang berakal-lah yang mampu menyadarinya.
Lalu pertanyaannya, siapakah orang-orang yang berakal itu? Allah menjelaskan melalui ayat berikutnya yakni ayat 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Maksudnya adalah orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam keadaan apapun, baik itu berdiri, duduk ataupun berbaring. Dan orang-orang yang memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Memikirkan disini yaitu kita harus membuktikan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi ini sangat luar biasa dan tidak ada satupun manusia atau teknologi secanggih apapun yang dapat melakukannya, dan ini membuktikan kepada kita semua atas kebesaranNya. Kita sebagai manusia yang diberi akal untuk berpikir seharusnya merenungkan hal ini. Manusia seharusnya tidak boleh ada lagi keraguan di dalam hatinya tentang adanya Allah, Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Dan sepatutnya kita berdoa, "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." Di dalam doa ini kita sudah bersaksi akan kebesaranNya, bahwa tidak ada sesuatupun yang sia-sia yang telah Dia ciptakan. Dan sepatutnya juga kita berdoa agar dijauhkan dari siksa api neraka.
Mungkin masih ada manusia yang menganggap bahwa ada “sesuatu” yang Allah ciptakan itu tidak berguna. Ini merupakan pemikiran yang salah. Contoh lalat, banyak orang yang berpikir bahwa lalat hanya dapat menimbulkan penyakit saja, tapi hal ini sudah dibantah dengan tegas oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam dalam sabdanya, “Apabila seekor lalat masuk ke dalam minuman salah seorang kalian, maka celupkanlah ia, kemudian angkat dan buanglah lalatnya sebab pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obatnya. (HR. Bukhari, Ibn Majah dan Ahmad). Dan hadits ini sudah dibuktikan kebenarannya oleh para dokter pada era abad 20-an, yang sesungguhnya sudah dijelaskan oleh RasulNya pada sekitar 14 abad yang lalu.
Kita sebagai manusia yang diberi akal oleh Allah seharusnya berpikir atas kebesaranNya. Dan sepatutnya manusia harus memiliki keyakinan yang seutuhnya bahwa hanya Allah-lah, Tuhan yang patut disembah.


Satrio Aris Setiawan

Kamis, 18 Oktober 2012

Jadilah Pensil

Pensil
Banyak orang yang beranggapan bahwa pensil hanya bisa digunakan untuk menulis, melukis, atau mencoret-coret. Namun pada kenyataannya, pensil bisa dijadikan sebagai panutan dengan beberapa filosofinya. Berikut filosofi dari pensil:
1. Banyak karya besar yang tidak luput dari peranan pensil. Namun pensil tidak dapat serta merta menghasilkan karya besar tanpa ada yang menggerakkan. Sama halnya seperti manusia, banyak karya besar yang dihasilkan dari buah pemikiran seorang manusia. Namun, seorang manusia tidak akan mampu menghasilkan sesuatu karya tanpa ada yang menggerakkan. Pertanyaannya, siapakah yang mampu menggerakkan manusia?
Jawabannyaaaaaaaa (pake gaya Agung Hercules pas nyanyi lagu "Astuti") : Hanya Allah lah yang mampu menggerakkan manusia.
2. Terkadang pensil harus diraut karena tumpul. Kalau saja pensil dapat berteriak, pasti dia akan berkata "sakit, sakit, sakit". Namun, setelah diraut, pensil akan kembali tajam dan dapat digunakan dengan baik.
Begitu pula dalam kehidupan. Kita sebagai manusia, terkadang keimanan kita tumpul. ALLAH meraut kita dengan Ujian, baik kesulitan maupun kemudahan, agar keimanan kita kembali tajam.
3. Pensil pasti akan meninggalkan goresan-goresan, baik goresan yang indah maupun yang buruk. Manusia juga harus belajar dari pensil. Kita harus berhati-hati dalam meninggalkan goresan-goresan kehidupan, kita juga harus berhati-hati dalam bersikap.
4. Keistimewaan pensil yang lain yaitu ketika kita salah menulis, kita masih bisa menghapusnya dan menggantinya dengan kata-kata baru yang lebih baik. Dalam kehidupan ini, kita sebagai manusia pastilah memunyai kesalahan, kekhilafan dan kelalaian baik terhadap ALLAH maupun kepada manusia. Kita masih bisa menghapus dosa dan kesalahan kita dengan bertaubat kepada ALLAH dan meminta maaf kepada orang lain. Dan mengganti kesalahan kita dengan kebaikan.
5. Seperti apapun model pensilnya, semahal apapun harga pensil tersebut, seindah apapun penampilan dari pensil tersebut, tetap saja yang terpenting adalah isinya. Seperti itulah manusia, beraneka ragam warna kulit, bentuk wajah, warna rambut, tinggi badan dll, yang terpenting adalah hatinya. Di mata Allah, semua manusia adalah manusia, yang membedakan adalah kadar keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah.
wallahu 'alam bishshowab :)

sumber: Drs. Fatahillah