Label

Kamis, 06 September 2012

Bentuk Ujian

Dalam kehidupan ini, seseorang tidak bisa dikatakan beriman jika belum diberi ujian. Ujian yang Allah berikan pasti ada maksud dan tujuan. Tujuannya tidak lain supaya manusia semakin bertaqwa kepada Rabbnya. Allah tidak akan memberikan suatu ujian di luar kemampuan manusia itu sendiri. Ada beberapa macam bentuk ujian, diantaranya:
1. Perintah

Perintah yang diberikan Allah semata-mata bukan untuk menyulitkan manusia. Perintah dapat diartikan sebagai suatu bukti nyata patuhnya seorang hamba terhadap Tuhannya. Perintah Allah yang sangat ringan untuk kita seperti shalat, puasa, zakat, dll saja terkadang sudah membuat kita merasa dibebani. Apalagi ujian dalam bentuk perintah yang sangat berat? Misalnya, ketika Nabi Ibrahim as diperintahkan untuk menyembelih putranya (Nabi Isma'il as). Apakah kita sebagai manusia sanggup untuk menghadapi ujian yang sangat berat seperti itu? Apakah masih ada manusia yang selalu ikhlas terhadap apa yang diperintahkan Allah untuk kita? Perintah yang sangat ringan dan sangat mudah saja manusia terkadang lalai, bahkan bisa dikatakan sering, apalagi yang berat seperti contoh tadi?

Dalam menjalankan perintahNya manusia harus ikhlas semata-mata untuk Allah agar amalan ibadahnya dapat diterima sebagai amalan shalih. Tapi pada kenyataannya banyak sekali manusia yang berbuat baik hanya untuk mendapatkan sesuatu yang bukan dari Allah, seperti pujian, penghargaan ataupun popularitas. Riya' dapat diartikan sebagai syirik kecil. Tapi justru Rasulullah saw lebih takut umatnya terjerumus dalam syirik kecil dibandingkan syirik besar. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan syirik kecil yang bersifat abstrak. Kita sering tidak menyadari bahwa kita sedang melakukan syirik kecil.
2. Larangan
Selain dalam bentuk perintah, Allah juga menguji hambaNya dalam bentuk larangan. Sama seperti tadi, manusia juga sering merasa dibebani dengan adanya larangan-larangan yang membatasi manusia untuk melakukan sesuatu. Larangan seperti mencuri, meminum khamr, dll sering dilakukan oleh manusia. Dalam larangan ini ada 2 jenis alasan yang sering dilontarkan manusia, yaitu karena terdesak/terpaksa dan karena untuk menuruti nafsu.
Dahulu Nabi Yusuf as dihadapkan dengan perkara yang sulit ketika dihadapannya ada seorang wanita yang sangat cantik menggodanya. Namun wanita itu diabaikan olehnya karena semata-mata larangan dari Allah. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sanggup seperti itu?
3. Kemudahan dan kelebihan
Banyak sekali manusia yang malah menjadi lengah dan lalai ketika mereka sedang dalam keadaan yang mereka inginkan. Banyak sekali orang kaya harta yang justru lalai karena hartanya. Banyak sekali pejabat yang lalai karena jabatannya. Kemudahan dan kelebihan juga dapat digolongkan sebagai ujian karena dengan kelebihan dan kemudahan itulah manusia seringkali lalai dan lupa terhadap Allah. Nabi Sulaiman as diberi kelebihan berupa harta yang justru membuatnya lebih bersyukur dan taat kepada Allah. Tapi kita? Apakah kita seperti itu? Kita saja sering lupa untuk bersedakah ketika mempunyai uang lebih dan ini yang membuat banyak manusia menjadi lalai.
Dari ujian inilah manusia sering terjerumus dibanding dari ujian kesulitan dan kekurangan. Sama seperti ketika kita lihat di jalan raya, kecelakaan sering terjadi justru di jalan lurus dibanding jalan berliku.
4. Kesulitan dan kekurangan
Ujian dalam bentuk kesulitan dan kekurangan dirasa sangat berat bagi sebagian manusia. Dalam kondisi seperti ini, banyak sekali manusia yang tidak mengartikannya sebagai ujian, mereka justru beranggapan bahwa Allah tidak adil.
Nabi Ayub as dahulu diberi ujian dalam bentuk kemiskinan dan penyakit kulit yang sangat luar biasa sehingga seluruh keluarganya meninggalkannya.  Tetapi hal ini justru membuat dirinya lebih dekat kepada Allah. Hal ini sangat bertolak belakang dengan fenomena saat ini. Banyak sekali manusia yang rela menjadi murtad karena ketidakmampuannya dalam menghadapi ujian dalam bentuk ini.

Semoga kita semua dapat menghadapi ujian dari Allah swt dalam bentuk apapun. Aamiin


Penulis: Satrio Aris Setiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar