Label

Rabu, 16 Mei 2012

Kisah Nabi Shalih dan kaum Tsamud


“Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa.” (QS. Al-Haaqqah: 5)
            Tsamud adalah nama suatu suku. Sementara dimasukkan oleh ahli sejarah adalah bagian dari bangsa Arab. Ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi.
            Mereka bertempat tinggal di suatu daratan, bernama “Alhijir” (di Yordania, sebuah negeri kerajaan di sebelah Utara Arab Saudi). Terletak antara Hijaz dan Syam. Dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku ‘Aad yang telah habis binasa disapu angin topan. Oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud AS.

            Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki oleh kaum ‘Aad, telah diwariskan oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur, binatang ternak perahan berkembang biak, kebun-kebun bunga yang indah.
            Bangunan rumah didirikan di atas tanah yang datar. Dipahatnya gunung. Diubah menjadi tempat tinggal. Bergaya arsitektur unik. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tentram, sejahtera dan aman dari segala gangguan bencana alam. Namun, kemewahan hidup yang mereka jalani menjadikan mereka lupa diri.
            Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Mereka musyrik. Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah. Kepada gunung, laut, dan patung-patung berhala mereka berqurban. Sesembahan itulah tempat mereka minta perlindungan dari segala bala dan musibah serta mengharapkan kebaikan, kebahagiaan. Mereka tidak dapat melihat atau memikirkan lebih jauh.
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tidak akan membiarkan hamba-hambaNya berada dalam kegelapan terus-menerus. Sehingga diutusnya Nabi sebagai utusanNya.
Allah tidak akan menurunkan azab dan siksaan kepada suatu kaum. Sebelum kaum itu diberikan peringatan dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi rasulNya. Sunatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud yang kepada mereka telah diutus Nabi Shalih AS.
Nabi Shalih mengajak kaum Tsamud bertauhid dan meninggalkan praktik-praktik kemusyrikan. Diperkenalkan oleh Nabi Shalih, Tuhan yang sepatutnya mereka sembah yaitu Allah Yang Maha Esa, yang telah menciptakan dan memberi keselamatan kepada mereka. Hanya Allah saja yang memberikan kesuburan lahan pertanian mereka. Hanya Allah satu-satunya Tuhan yang mengembang biakkan binatang ternak mereka, serta memberi manfaat bagi mereka. Dan bukan patung-patung batu yang tidak berkuasa melindungi mereka dari bahaya gunung meletus dan gempa dahsyat yang dapat menimbulkan tsunami.
Nabi Shalih memperingatkan mereka, bahwa ia adalah seorang yang memiliki ikatan kekeluargaan. Kaum Tsamud adalah kaumnya Nabi Shalih yang sangat terikat dengan tali kekerabatan. Ia mengharapkan kebaikan dan tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam kesengsaraan dan kebinasaan. Ia menerangkan kepada kaumnya bahwa ia adalah seorang yang telah diutus dengan membawa risalah amanah Allah yang harus ia sampaikan kepada mereka untuk menyelamatkannya dari siksa azab Allah.
Nabi Shalih sangat mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan apa yang ia serukan agar mereka segera meninggalkan berhala-berhala itu. Kemudian beriman kepada Allah SWT. Ia menyuruh kaumnya bertaubat. Memohon ampunan atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka lakukan. Allah SWT sangat dekat kepada mereka. Mendengarkan do’a mereka, serta memberi ampunan kepada mereka.
Mendengar pernyataan dan seruan Nabi Shalih, kaum Tsamud terperanjat. Bagi mereka seruan itu merupakan hal yang baru. Tidak diduga akan datang dari saudara mereka sendiri. Maka, serentak kaum Tsamud menolak ajaran Nabi Shalih itu, seraya berkata: “Wahai Shalih! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas, cerdas pikiranmu, dan pendapat serta pertimbanganmu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan kamu dapat memimpin kami untuk menyelesaikan hal-hal yang rumit. Kamu sangat kami harapkan menjadi orang kepercayaan kami, di kala kami menghadapi krisis. Akan tetapi harapan itu menjadi meleset. Kepercayaan kami kepadamu sirna, dengan tingkah lakumu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Kamu menghendaki agar kami meninggalkan sesembahan dan kebiasan kami, yang telah menjadi darah daging kami. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya, karena seruanmu, bahkan kami tidak akan mengikutimu, karena kamu telah sesat dari adat kebiasaan agama kami. Dan kami meragukan keNabianmu.
Nabi Shalih memperingatkan mereka agar jangan menentangnya. Mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah memberikan rizqi yang luas dan kehidupan yang sejahtera.
Diceritakan kepada mereka kisah-kisah kaum yang mendapat siksa dan azab Allah. Bagi mereka yang menentang dan mendustakan RasulNya. Azab yang Allah timpakan kepada kaum terdahulu. Hal yang serupa itu dapat pula terjadi pada diri mereka. Jika mereka tidak mau menerima seruan NabiNya.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakannya terdiri dari orang-orang yang lemah, menerima dakwah Nabi Shalih dan beriman kepadaNya. Sedangkan sebagian yang terbesar, terutama mereka yang tergolong orang-orang kaya, menolak dan mereka kafir. Bahkan mereka menyombongkan diri. Menolak ajaran Nabi Shalih dan mengingkari keNabiannya dan berkata kepadanya: “Wahai Shalih! Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaithan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah da pikiranmu sudah kacau. Sehingga engkau dengan tidak sadar telah mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk akal. Mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku, bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai Nabi dan RasulNya. Apa kelebihanmu dari kami, sehingga engkau dipilih menjadi Rasul? Padahal, ada orang-orang di antara kami yang lebih patut menjadi Nabi atau Rasul. Sekali-kali kami tidak akan mengikuti ajakanmu. Kami tidak akan meninggalkan jalan yang ditempuh oleh orang-orang tua kami dahulu.
Nabi Shalih menjawab, “Aku telah mengatakan berkali-kali kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun darimu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunan. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini. Yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah.
Setelah gagal menghentikan usaha dakwah Nabi Shalih, para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwah Nabi Shalih, yang semakin lama semakin mendapat perhatian, terutama dari kalangan bawah menengah dalam masyarakat. Mereka menantang Nabi Shalih dan meminta Nabi Shalih untuk membuktikan kebenaran keNabiannya yaitu dengan suatu bukti mukjizat. Baik dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa, yang berada di luar kekuasaan manusia.
Nabi Shalih sadar bahwa tantangan kaumnya yang menuntut bukti darinya berupa mukjiza bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaan di mata kaumnya, terutama para pengikutnya, bila ia gagal memenuhi tantangan dan tuntutan mereka.
Nabi Shalih membalas tantangan mereka dengan menuntut janji. Bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta, mereka bersedia meninggalkan agama dan persembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Shalih serta beriman kepadaNya.
Sesuai dengan permintaan pemuka-pemuka kaum Tsamud, berdo’alah Nabi Shalih, memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat sebagai bukti kebenaran risalahnya sekaligus mematahkan perlawanan dan tantangan kaumnya yang masih keras kepala itu. Ia memohon kepada Allah dengan kekuasaanNya untuk menciptakan seekor unta betina yang dikeluarkan dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk. Maka dengan izin Allah SWT, terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluarlah dari dalamnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Shalih kepada mereka: “Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.”
Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya, tanpa mendapat gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba, pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dengan berhasilnya Nabi Shalih mendatangkan mukjizat yang mereka minta, urunglah upaya para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pengaruh Nabi Shalih. Bahkan sebaliknya, telah menambah tebal kepercayaan dan menghilangkan banyak keraguan dari kaumnya.
Lalu pemilik-pemilik ternak yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Shalih merencanakan membunuh unta Nabi Shalih. Persekongkolan pun diadakan oleh orang-orang kaum Tsamud. Mereka mengatur rencana pembunuhan unta Nabi Shalih. Lalu tiba-tiba muncul seorang janda bangsawan yang kaya raya yang menawarkan akan menyerahkan dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Nabi Shalih. Di samping janda itu, ada seorang wanita cantik yang menawarkan akan menghadiahkan putri-putrinya bagi yang berhasil membunuh unta itu.
Hadiah yang menggiurkan itu mengundang dua lelaki bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif untuk membunuh unta tersebut. Dengan bantuan tujuh lelaki lainnya, mereka berhasil membunuh unta itu. Lalu berkata mereka kepada Nabi Shalih: “Wahai Shalih! Untamu telah mati dibunuh. Cobalah datangkan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu. Jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang benar dalam perkataannya.”
Nabi Shalih menjawab: “Aku telah peringatkan kamu bahwa Allah akan menurunkan azabNya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Dengan terbunuhnya unta itu, maka tunggulah akan tibanya masa azab yang Allah telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama toga hari ini. Kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdirNya yang tidak dapat ditunda atau dihalang.”
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan Nabi Shalih kepada kaumnya, sembilan orang pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabi Shalih. Mereka merencanakan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih nyenyak tidur untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Shalih jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengat oleh siapapun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang ke tempat Nabi Shalih untuk melaksanakan rancangan jahatnya di malam gelap gulita dan sunyi senyap, namun tiba-tiba berjatuhan batu-batu besar di atas kepala yang tidak diketahui dari mana arah datangnya. Seketika pula mereka tidak bernyawa.
Satu hari sebelum hari turunnya azab, Nabi Shalih dan pengikutnya pergi menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina. Sementara itu, kaum Tsamud yang kafir habis binasa ditimpa halilintar yang dahsyat dan beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan. Demikianlah Allah telah melindungi RasulNya dari perbuatan jahat hamba-hambaNya yang kafir.
Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Fushshilat: 17)
Semoga kisah ini bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar