Label

Sabtu, 14 Januari 2012

Anugerah Terindah dari Langit

            “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-A’raaf: 57)

            Di antara fenomena alam yang terjadi secara sunnah kauniyah adalah turunnya hujan dari langit ke bumi. Ya.. hujan merupakan anugerah terindah yang Allah SWT turunkan kepada hambaNya sebagai bukti kekuasaanNya di alam raya ini.
            Allah SWT berfirman: “Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” (QS. An-Nahl: 65)
            Saat ini frekuensi turunnya hujan sangatlah sulit untuk diprediksi. Terkadang ketika melihat di pagi hari langit cerah, akan tetapi tidak lama kemudian di sore hari cuaca berubah seketika menjadi mendung dan hujanpun turun. Begitupun sebaliknya, hujan di pagi hari belum tentu akan sampai pada siang atau sore hari. Begitulah Allah SWT mengatur alam semesta ini.
            Akan tetapi menyikapi turunnya hujan tersebut, apakah kita sudah menjadi hamba yang berpikir akan sesuatu di balik turunnya hujan tersebut? Ataukah kita hanya bisa berkeluh kesah karena hujan turun di saat yang tidak kita kehendaki? Tak jarang secara disadari atau tidak, kita sering merasa kepentingan kita “dizolimi” oleh hujan. Hujan dirasa “menghambat” laju gerak kita, selain membuat pakaian yang kita kenakan basah karenanya. Tentu ini bukanlah sikap seorang Muslim yang baik.
            Sebagai seorang Mukmin, tidak sepantasnya kita bersikap suudzon terhadap Allah SWT. Bahkan jika kita tetap dalam pandangan buruk terhadap kehendak yang Allah SWT tentukan, niscaya kita termasuk orang-orang yang munafik. Perlu disadari oleh kita bahwa hujan merupakan suatu keberkahan, tanpa hujan, maka alam ini akan kering dan mati, itulah sunatullah yang berjalan di jagat raya ini.
            Seringkali kita tidak menyadari bahwa banyak keberkahan yang disampaikan melalui hujan, namun karena nafsu yang tidak dikelola dengan baik lebih mendominasikan pemikiran kita maka hikmah itu pun hilang bersama dengan “kecaman-kecaman” yang kita lontarkan saat turun hujan. Bukankah Allah SWT telah berfirman bahwa “Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 10-11)
            Subhanallah, dengan izinNya, hujan membawa manfaat demi keberlangsungan hidup manusia, air hujan bisa menjadi minuman dan juga menyuburkan tanaman. Selain itu hujan juga merupakan waktu mustajab doa yang tidak pernah ditolak yaitu doa waktu adzan dan doa pada waktu turun hujan. Imam An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu turun hujan tidak ditolak atau jarang ditolak dikarenakan pada waktu itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim. Bahkan di saat hujan turun, Allah SWT mendengar doa hambaNya yang meminta dengan penuh kesungguhan.
            Akan tetapi di sisi lain, karena ulah jahil tangan manusialah hujan yang semestinya menjadi rahmat dan penuh berkah itu menjadi bencana.
            Allah SWT berfirman: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
            Manusia dengan segala sifat serakahnya berusaha mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan generasi setelahnya. Hutan dibabat, gunung dikeruk, pohon ditebang hanya demi sebuah kemewahan indrawi sesaat. Akibatnya bisa ditebak, yaa.. hujan yang sejatinya turun sebagai sebuah keberkahan berubah menjadi air bah yang besar dan mengakibatkan banjir yang sangat dahsyat.
            Oleh karena itu, sepatutnya kita merenungi atas apa yang Allah SWT berikan kepada kita. Jika kita hidup sesuai dengan aturan Allah, maka semua karunia yang Allah SWT berikan kepada kita semuanya pasti akan memberikan kemanfaatan yang sangat besar, termasuk hujan pun akan menjadi sumber penghidupan dan kesejahteraan bagi makhluk yang ada di bumi ini.



Sumber: Majalah “Gerimis”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar